Sabtu, 21 Mei 2011

Kehidupan Petani Kelinci

Munafik rasanya kalau menyatakan semua peternak kelinci makmur dan memiliki penghasilan tetap seperti yang orang-orang lihat di TV, Majalah, Koran, Internet, atau berbagai media informasi lainnya.

In fact,kehidupan petani kelinci di pedesaan tidak seperti kelihatannya. Jika peternakan yang biasa kita lihat  di TV memiliki kandang yang amat luas dengan puluhan sampai ratusan kelinci yang memiliki garis keturunan kelinci Ras asli bahkan banyak yang merelakan jutaan rupiah uang mereka untuk membeli kelinci dari luar negeri.

Sempatkanlah diri kalian untuk bertemu para peternak kelinci dipedesaan,yang garis keturunan kelincinya asal-asalan (yang penting kelinci mereka melahirkan) dan anaknya bisa dijual walau dengan harga yang tidak sesuai dengan harga pasaran yang seharusnya mereka terima.

Di pedesaan, sebagian besar petani hanya beternak kelinci pedaging yang harga jualnya jika di pedesaan untuk kelinci pedaging hanya 25 ribu. Sedangkan untuk harga kelinci di daerah yang bisa dibilang sentral perkelinciaan,  untuk kelinci yang sama diberi harga paling murah 50ribu.

Maka dapat terlihat jelaslah kalau petani di kota nampak lebih makmur dan dapat menjanjikan kehidupan masa depat mereka dengan menggantungkan kepada kelinci. Sedang di pedesaan,mereka tidak bisalah menunggu sebulan  sekali untukmendapatkan  uang dari hasil penjualan kelinci mereka ke bandar yang datang dan memberikan harga yang bisa dibilang tidak begitu besar bila  dibandingkan dengan petani-petani kelinci di perkotaan sana.

Kehadiran bandar terkadang amatlah membantu untukpenjualan kelinci-kelinci para petani di pedesaan,tapi terkadangpara bandar mengganggap petani kelinci didesa tidak mengetahui harga pasaran sehingga mereka dapat seenaknya memberikanharga begitu saja.

Semoga,para petani  kelinci dapat bertindak lebih cerdik dan lebih dapat memanfaatkan segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya.

3 komentar:

  1. SUDAHLAH, JANGAN MENGELUH !!!
    MARI KITA BUAT PETANI TERSENYUM
    KETIKA PANEN TIBA

    Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia, NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) , dengan produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an.
    Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin tidak subur, semakin keras dan hasilnya dari tahun ketahun terus menurun.

    Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

    System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik. Tetapi sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.

    Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

    Solusi yang lebih praktis dan sangat mungkin dapat diterima oleh masyarakat petani kita dapat kami tawarkan, yaitu:

    "BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB SO/AVRON /NASA + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS ( EM16+), DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO".

    Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 200% dibanding pola tanam sekarang.

    Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.

    AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?

    CATATAN:
    Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh (demplot) bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu Anda menjadi agen sosial penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.

    Semoga Indonesia sehat yang dicanangkan pemerintah dapat segera tercapai.

    Terimakasih,

    Omyosa -- Jakarta Selatan
    02137878827; 081310104072

    BalasHapus
  2. haha
    Siaaaapp........

    Terima Kasih Sudah Mampir..

    BalasHapus
  3. kalau fuji lop baru 2 bln harganya berapa ??

    BalasHapus